Berbagi Pengetahuan

Berdomisili di Bengkulu membuat saya merasa kurang informasi mengenai civil engineering. Bagaikan katak dalam tempurung, stagnan, tidak berkembang, lama-kelamaan berubah menjadi kejenuhan dan menggerogoti semangat kerja.

Oke, sudah cukup dengan curhatnya. Harapan saya dengan menulis di blog ini, semoga pengetahuan saya dapat terus bertambah. Bertemu dan berbagi pengetahuan dengan banyak orang.

Senin, 11 Januari 2010

Mutu dan Harga

Keberhasilan sebuah project konstruksi merupakan kisah sukses dari rangkaian kegiatan. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Berikut adalah salah satu dari sekian banyak kisah tentang konstruksi bangunan.

Pada fase perencanaan, para civil engineer membuat asumsi-asumsi dan penyederhanaan studi sehingga dibuat sebuah permodelan sebagai dasar untuk perhitungan konstruksi. Didapatkan hasil perhitungan yang tentu saja telah mengakomodasi berbagai kemungkinan pembesaran pembebanan, perlemahan struktur, dan faktor-faktor keamanan lainnya. Hasil perhitungan konstruksi tentu sangat berpengaruh dengan biaya. Beda mutu beton, tentu beda harga (Kato orang bengkulu, "Ado rupo, ado hargo")

Tantangan dimulai ketika pelaksanaan pekerjaan. Di Bengkulu, belum terdapat pabrik beton precast sahingga pekerjaan beton dilaksanakan di lapangan. Perencana menetapkan mutu beton yang digunakan semisal adalah k.225 untuk beton konstruksi. Tidak sulit untuk mencapai mutu beton ini pada beton-beton dengan penampang dan bentuk lazim.



Bagaimana dengan beton dengan bentuk yang tidak biasa dan sulit dalam pelaksanaan? Seperti kubah? Bentuk kubah menyulitkan ketika akan dilaksanakan pengecoran. Campuran beton akan terus jatuh. Solusi yang paling mungkin adalah mengurangi FAS (Faktor Air Semen) sehingga adukan beton bisa lebih kental dan mudah dibentuk. Dengan berkurangnya FAS, tentu terjadi penurunan mutu beton karena beton tidak dapat mengeras secara sempurna, sekalipun curing beton telah dilaksanakan.


Kembali pada uraian sebelumnya, ado rupo, ado hargo. Dengan berkurangnya mutu beton, maka analisa biaya untuk betonpun berubah. Nilai pembayaran lebih kecil, walaupun realcost yang dikeluarkan adalah sama.

Mungkin inilah yang disebut bahwa pelaksanaan pekerjaan tidak mungkin 100 % sama seperti yang direncanakan. Karena pada dasarnya perencana juga bekerja berdasarkan asumsi-asumsi dan penyederhanaan studi sebagai pendekatan permasalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar